Bagi sebagian orang, dropshipper dan reseller dianggap sama saja pengertian nya. Namun, pada kenyataan nya dropshipper dan reseller sangat jauh berbeda diantara satu dengan yang lain nya. Baik itu dari cara dan sistem kerjanya, modal usaha, strategi pemasaran, resiko, keuntungan dan kerugian, dan lain sebagainya. Dropshipper dan reseller sama sekali berbeda. Lebih jelasnya baca artikel ini (
Apa itu reseller ? pengertian, cara kerja, syarat, contoh, keuntungan dan kerugian menjadi reseller (Baik online & di dunia nyata) |
Apa itu Dropship ? pengertian, cara / sistem kerja, contoh, keuntungan dan kerugian menjadi Dropshipper)
Perbedaan yang menonjol diantara dropshipper dan reseller jelas terletak pada perbedaan dan jumlah huruf, pengejaan dan penyebutan kata, serta arti dari kedua kata tersebut :v. Namun yang kita bahas kali ini bukan mengenai masalah yang sepele tersebut. Tetapi lebih kepada perbedaan besar yang terdapat pada ke dua tipe pekerjaan tersebut.
Lebih mudahnya lihat saja tabel
perbedaan antara dropshipper dan reseller di bawah ini.
Perbedaan | Dropshipper | Reseller |
Modal | Sedikit modal | Bermodal besar |
Stok dan pembelian barang | Tidak perlu | Perlu |
Media Pemasaran | Kebanyakan online | Bisa online / offline |
Pengiriman barang | Tidak ikut campur | Ikut campur |
Pelayanan konsumen | Kurang | Tanggap |
Resiko usaha | Resiko kecil | Resiko besar |
Keuntungan | Relatif | Lebih besar |
Seperti yang tersebut diatas, kurang lebih ke 7 perbedaan mendasar tersebut merupakan perbedaan yang cukup mendalam diantara dropshipper dan reseller. Lebih jelasnya mengenai perbedaan diantara kedua profesi tersebut ada di bawah ini.
1.
Modal usaha
Dropshipper membutuhkan sedikit uang atau dana yang digunakan di dalam usahanya. Karena dropshipper Cuma mempromosikan barang yang ada pada supplier saja. jadi mereka tidak ikut campur di dalam pembelian dan pengiriman barang. Sehingga modal yang dikeluarkan pun akan menjadi sedikit.
Sebaliknya seorang reseller harus membeli dan menyetok barang atau produk terlebih dahulu. Sehingga modal yang dikeluarkan oleh reseller pun akan menjadi besar. Karena pembelian barang tentunya juga membutuhkan uang yang jumlahnya tidak sedikit.
2.
Stok dan pembelian barang
Seperti yang tersebut diatas. Seorang dropshipper hanya perlu mempromosikan materi penjualan barang yang ada di pihak ke tiga / supplier. Sehingga nantinya, seorang dropshipper tidak perlu membeli berbagai stok barang yang akan dijualnya.
Sedangkan reseller sudah pasti menstok dan membeli barang dan produk terlebih dahulu. Untuk selanjutnya dijual kembali dengan harga yang berbeda dari aslinya. Guna untuk memperoleh keuntungan dari hasil penjualan nya.
3.
Media pemasaran
Dropshipper biasanya selalu menggunakan media online seperti blog (gratisan), dan media sosial untuk memasarkan berbagai produk yang akan dijualnya.
Sedangkan reseller dapat langsung menjual produknya di dunia nyata. Maupun menjualnya melalui media online seperti di online shop (toko online) yang sudah terkenal di internet. Sebut saja seperti tokopedia, lazada, bhineka, bukalapak, shopee, olx, dan lain sebagainya.
4.
Pengiriman barang
Seorang dropshipper tidak langsung ikut campur di dalam proses pengiriman barang. Dikarenakan mereka hanya meneruskan pesanan pelanggan kepada pihak ketiga (supplier). Yang nantinya pihak ketiga tersebutlah yang akan mengirimkan pesanan pembeli atas nama si dropshipper tadi.
Sedangkan seorang reseller pasti langsung ikut campur didalam kegiatan proses pengiriman barang. Karena mereka para reseller pasti mengirimkan barang yang mereka punya, kepada para pembeli yang membeli barang dan produk kapadanya.
5.
Pelayanan konsumen
Seperti yang tersebut diatas. Seorang dropshipper hanya menjadi pihak perantara antara pembeli dan penjual sebenarnya. Jadi tanggung jawab atas kualitas barang dan waktu pengiriman barang sangat tergantung dari ketepatan dan kecepatan si supplier. Sedangkan pihak dropshipper hanya dapat memantau info barang dari si supplier tadi. Sehingga tanggung jawabnya terasa diragukan.
Sedangkan reseller sudah pasti bertanggung jawab dengan semua barang yang dijualnya. Karena mereka sendiri yang menjual langsung barang. Dan mereka juga yang ikut campur di dalam proses pengiriman barang. Jadi segala keluh kesah pembeli pasti akan ditanggapi dengan cepat oleh reseller ini.
6.
Resiko usaha
Karena tanggung jawab dibagi dua dengan pihak supplier. Maka resiko seorang dropshipper untuk merugi sangatlah minim. Karena mereka tidak ikut membeli barang secara langsung, maupun tidak ikut di dalam proses pengiriman barang. Jadi resiko usaha dapat ditekan seminimal mungkin.
Sedangkan reseller, karena mereka menyetok barang terlebih dahulu. Maka resiko rusak atau hilangnya barang dapat membuat mereka menjadi merugi. Apalagi jika ada masalah di dalam proses pengiriman. Pasti tambah ribet urusan nya. Soal ganti rugi barang dan lain sebagainya, menjadi masalah baru bagi seorang reseller ini.
7.
Keuntungan
Kalau menyangku keuntungan. Sebenarnya semuanya tergantung dari rejeki, usaha dan pengalaman si dropshipper atau reseller sendiri.
Namun keuntungan seorang dropshipper hanya didapat dari selisih harga dari pihak supplier dan harga jual yang dipatok si dropshipper tadi. Sehingga, untungnya relatif kecil.
Sedangkan seorang reseller bebas memodif barang yang mereka sudah beli terlebih dahulu. Sehingga dapat meningkatkan harga jual dari barang atau produk. Dari sinilah keuntungan pihak reseller dirasa dapat menjadi lebih besar daripada pihak dropshipper.
-
Penutup
Ya begitulah kiranya
ke 7 perbedaan di antara dropshipper dan reseller. Pada intinya semua usaha yang anda lakukan, untung atau rugi, tergantung dari daya upaya (usaha), pengalaman dan wawasan anda seputar dunia perdagangan dan jual beli. Dan yang terpenting rejeki sudah ada yang mengatur. Jadi untung dan rugi, semuanya tergantung kepada usaha dan rejeki masing-masing orang.