Kira-kira
bagaimanasih rasanya jadi seorang otaku dan wibu ?. Kira-kira ada yang spesial ngak ?, Ada yang bedakah antara orang normal dan juga otaku wibu ?. Mungkin bagi anda sendiri yang termasuk kedalam klan otaku wibu, sudah tahulah suka duka menjadi seorang wibu dan otaku.
Nah, maka dari itulah, saya akan sedikit membagikan pengalaman mengenai rasanya menjadi wibu dan otaku. Alias suka duka jadi wibu dan otaku. Langsung saja . ..
#
Bagaimana rasanya jadi otaku dan wibu ?
Untuk rasanya menjadi wibu dan juga otaku, saya rasa tidak ada bedanya dengan kehidupan orang normal lainnya. Yang membedakan cuma cara pandang kita, dan juga cara pandang orang lain terhadap kita selaku otaku dan wibu.
Singkatnya kita memandang orang-orang di luar klan otaku wibu sebagai orang-orang yang normies, alias biasa-biasa saja bin mainstream. Dan orang lain memandang kita selaku otaku dan wibu, menurut sudut pandang mereka, kita ini dianggap sebagai orang aneh.
Mengapa bisa aneh ?, Yang jelas karena kebiasaan para otaku wibu yang cukup absurd. Misalnya selalu asik sendiri didepan layar hp / laptop. Tiap hari nonton anime, yang mereka kira sebagai tontonan bocah. Mereka menganggap para otaku wibu sebagai orang yang kekanak-kanakan ?. Dan masih banyak sudut pandang negatif orang awam ini terhadap kita para otaku dan wibu 😂.
Nah, untuk kita sendiri selaku otaku dan wibu, saya rasa sudah tahulah bagaimana nikmatnya nonton anime, baca manga, baca novel, ngekhayal, ngechuuni, dan sejenisnya. Asal tidak berlebihan saja 😂.
Intinya daya imajinasi alias daya khayal para otaku dan wibu sangatlah tinggi. Apalagi buat para wibu elit, mereka memiliki selera yang diatas rata-rata. Jadi ya rasanya menjadi wibu dan otaku, menurut saya sih nikmat-nikmat saja 🤣. Walaupun terkadang agak sedikit merasa sepi, karena ngenolep gak da teman main misalnya 😫.
#
Baca juga :
⚫
Siapakah wibu pertama yang ada di dunia ?
⚫
Apa itu wibu elit ? Pengertian & ciri wibu elit
⚫
6 Cara mendekati cowok / cewek wibu & otaku
⚫
Pengertian chuunibyou, ciri, gejala, jenis, contoh sindrom Chūnibyō
Share on :
Facebook
Twitter
Whatsapp